Artikel 1 (Perdukunan Di Indonesia)
Perdukunan
adalah istilah penghinaan yang digunakan untuk menggambarkan praktik non medis
ujungnya penipuan. Perdukunan merupakan kepura-puraan keterampilan non medis
atau orang yang berpura-pura sebagai seorang ahli profesional, memiliki
pengetahuan atau kualifikasi pada beberapa bidang keahlian, padahal dia tidak
memiliki dan merupakan Seorang penipu.
Orang
yang melakukan perdukunan biasanya tidak sendiri, mereka biasanya terdiri dari
beberapa orang merupakan satu TIM yang modus operasinya adalah penipuan. Untuk
mencari mangsa ada orang-orang yang bertindak sebagai orang yang mempromosikan
bidang keahlian si dukun itu, padahal promosinya omong kosong dan penipu. Jika
ada mangsa yang sudah masuk perangkap maka mulai diadakan perjanjian untuk
pergi ke rumah sang Dukun.
Dengan
trik perdukunan si Mbah Dukun bisa menebak isi hati dan kemauan pasien, inilah
salah satu penipuan yang bisa menjatuhkan martabat Dukun yang asli.
Pada mulanya
Dukun adalah orang-orang penolong tanpa pamrih. Dengan adanya Penipu yang
menyamar sebagai Dukun ini maka dikenalah istilah Perdukunan yang nilainya
negatif di masyarakat luas yaitu diasosiakan sebagai Seorang penipu.
Untuk
menipu mangsanya biasanya menawarkan azimat maupun benda-benda bertuah yang
harganya mahal, padahal ini merupakan tata cara penipuan yang halus jalannya.
Ada juga penipu yang menyamar sebagai orang yang taat beragama dan dengan
TIM-nya itu sebenarnya merupakan Penipu-penipu yang menyamar sebagai
orang-orang taat beragama, ini juga sebenarnya Perdukunan yang berada pada jalur
agama. Cara menipunya dengan minyak wangi yang harganya jutaan rupiah dan
bahkan ada yang sampai ada minyak wangi yang harganya sampai diatas sepuluh
juta rupiah padahal isinya cuman sedikit dengan botol khusus ukurannya kecil.
Cara Mengatasi Dampak Negatif Globalisasi
Setelah
tadi diatas kita sudah ulas secara lengkap dampak negatif globalisasi dan juga
dampak positifnya, maka kali ini kita akan membahasnya bagaimana cara mengatasi
dampak negatif globalisasi secara lengkap dan jelas.
1. Meningkatkan
Kualitas SDM Indonesia
•
Dampak negatif globalisasi merupakan sebuah realita yang mau tak mau harus
dihadapi bila Bangsa Indonesia ingin tetap hidup sebagai bangsa yang berdaulat
di dunia.
•
Cara untuk menghadapi dampak negatif globalisasi yaitu dengan mempersiapkan
diri sebaik-baiknya melalui pendidikan. Melalui pendidikan yang optimal, bangsa
Indonesia dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga dapat
bersaing di kancah dunia Internasional.
2. Meningkatkan
Kualitas Nilai Keimanan dan Moralitaas Masyarakat
• Dampak
negatif globalisasi membuat budaya antar bangsa saling mempengaruhi.
Karenanya keberadaan nilai-nilai keimanan dan moralitas menjadi sangat penting.
Sebab nilai keimanan dan moralitas menjadi sangat penting. Sebab nilai-nilai
keimanan dan moralitas itulah yang mampu mengatasi dampak negatif dari
globalisasi.
•
Sebagai kaum Muslim, kita hendaknya menanamkan nilai-nilai Islam di kehidupan
sehari-hari. Kita hendaknya menjalankan syariat Islam. Mengetahui mana yang
halal dan haram. Sehingga kita dapat memilah-milah pengaruh dari luar.
•
Moralitas bangsa juga harus ditingkatkan. Di dalam dampak negatif
globalisasi ini, moralitas bangsa cenderung menurun kualitasnya. Ini tidak
lepas dari tanggung jawab orang tua, guru, dan pemerintah. Salah satu solusinya
adalah melaksanakan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.
3. Mendorong dan
Mendukung Upaya Memperjuangkan Keadilan Antar Bangsa
•
Salah satu dampak negatif globalisasi adalah saling berkaitannya
antara satu negara dengan negara lainnya. Baik dalam bentuk kerjasama ataupun
persaingan global.
•
Pemerintah Indonesia harus berupaya sekuat tenaga untuk memperjuangkan keadilan
dan keseimbangan antarbangsa. Upaya pemerintah tersebut harus selalu didorong
dan didukung oleh setiap warga negaranya.
•
Sebagaimana yang kita ketahui, Indonesia merupakan 1 diantara 2 negara yang
memberikan permohonan agar Israel menghentikan serangan ke Jalur Gaza. Ini
membuktikan kepedulian bangsa kita terhadap perdamaian dan peradilan
antarbangsa. Maka sebagai warga negara, hendaknya kita mendukung upaya
pemerintah.
4. Mendorong dan
Mendukung Negara Maju untuk Memberikan Dana Perbaikan Lingkungan
•
Negara maju sangat diuntungkan dengan adanya globalisasi, sebab negara maju
banyak yang memiliki perusahaan transnasional. Perusahaan tersebut biasanya
berdiri di berbagai negara terutama di negara berkembang, termasuk di
Indonesia.
•
Aktifitas perusahaan tersebut membuat lingkungan hidup menjadi rusak oleh
pencemaran limbah atau asap pabriknya. Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah
negara-negara maju menyisihkan uang guna mendanai upaya-upaya perbaikan dan
pelestarian lingkungan hidup.
•
Tindakan ini sangat pantas diambil oleh Indonesia, karna buktinya banyak sekali
hutan yang dijadikan perindustrian. Lahan hijau pun semakin sulit ditemukan di
saerah perindustrian. Untuk memulihkan keadaan, Indonesia butuh dana dari
perusahaan asing tersebut.
5. Meningkatkan Jiwa
Semangat Persatuan, Kesatuan, Serta Nasionalisme
•
Adanya dampak negatif globalisasi menjadi suatu tantangan yang berat bagi
negara berkembang yang belum maju dan kuat. Negara yang masyarakatnya tidak
mempunyai jiwa dan semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme yang kuat akan
dengan mudah dipermainkan oleh negara-negara maju. Oleh karna itu, semangat dan
jiwa persatuan, kesatuan dan nasionalisme harus terus ditingkatkan oleh seluruh
rakyat Indonesia.
•
Bila jiwa dan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme telah tertanam
dengan kuat pada setiap warga negara Indonesia tidak akan mudah dipermainkan
oleh negara-negara yang kuat dan maju.
6. Melestarikan Adat
Istiadad dan Budaya Daerah
• Dampak
negatif globalisasi juga membuat budaya luar dapat dengan mudah kita
ketahui. Pengetahuan akan budaya luar terkadang membuat masyarakat lebih
menyukainya daripada budaya daerah sendiri.
•
Menyukai kebudayaan luar adalah hal yang wajar. Namun kita harus tetap
melestarikan kebudayaan kita sendiri. Jangan sampai kebudayaan kita punah
begitu saja seiring dengan waktu. Apalagi kebudayaan itu seenaknya saja diambil
oleh bangsa lain. Betapa malunya kita?
•
Walaupun zaman kini telah serba modern, kita harus tetap berpegang teguh kepada
adat istiadat. Apalagi kita sebagai masyarakat Minangkabau, dimana “adat
basandi syarak, syarak basandi kitabullah, syarak mangato, adat mamakai”.
7. Menjaga Keasrian
Objek Wisata Dalam negeri
•
Salah satu ciri-ciri dampak negatif globalisasi adalah perjalanan dan
perlancongan antarbangsa yang semakin meningkat. Indonesia sebagai begara yang
kaya akan objek-objek wisata yang indah hendaknya memanfaatkannya dengan
seoptimal mungkin. Salah satu usaha adalah menjaga keasrian objek wisata
tersebut.
•
Sebenarnya selain Bali, banyak lagi pulau-pulau di Indonesia yang memiliki
tempat yang sangat indah untuk dikunjungi. Namun banyak lokasi yang tidak
terjaga keasriannya sehingga tidak menarik untuk dikunjungi. Maka seharusnya
masyarakat selalu menjaga keasrian objek wisata di daerah masing-masing misal wisata garut dan taman
matahari di bogor.
•
Cara-cara menjaga keasrian objek wisata dalam negeri seperti tidak membuang
sampah sembarangan, tidak mencoret-mencoret tembok, melakukan penghijauan
disekitar pegunungan, tidak membuang sampah ke sungai yang nantinya bermuara ke
laut, melestarikan terumbu karang, dan sebagainya.
Artikel 3 (Mengenai Tokoh Wayang di
Indonesia)
Batara Surya
Batara Surya adalah putera
Sanghyang Ismaya dengan Dewi Senggani. Batara Surya memiliki sepuluh saudara
yaitu Sanghyang Wungkuan, Sanghyang Temboro, Sanghyang Kuwera, Sanghyang
Wrahaspati, Sanghyang Syiwah, Sanghyang Surya, Sanghyang Candra, Sanghyang
Yama/Yamadipati, Sanghyang Kamajaya lan Bathari Darmanasti utawa Dewi
Darmanastiti. Berdasarkan buku Ensiklopedi Wayang Purwa, keluaran
Balai Pustaka, Batara Surya dikisahkan memiliki dua isteri yaitu Dewi Ngruna
dan Dewi Ngruni, dimana kedua istrinya tersebut adalah kakak adik.
Kedua isteri Sanghyang Surya
tersebut, oleh Sanghyang Wenang diberi telur masing-masing satu butir. Telur
yang diberikan kepada Dewi Ngruna, saat tiba waktunya menetas menjadi garuda
kembar yang kemudian diberi nama Sampati dan Jatayu. Kedua garuda ini menjadi
salah satu tokoh penting dalam wiracarita Ramayana. Sedangkan telur yang
diberikan kepada Dewi Ngruni, menetas menjadi ular yang jumlahnya tak
terhitung. Berdasarkan Mahabharata, garuda Sampati dan Jatayu adalah putera
Garuda Aruna yang lain dari Dewi Sweni. Garuda Aruna dan Garudha adalah putera
Resi Kasyapa dengan Dewi Winata. Sedangkan bangsa naga atau ular juga merupakan
putera Resi Kasyapa dengan isterinya yang bernama Dewi Kadru.
Selain Dewi Ngruna dan Dewi Ngruni,
Batara Surya juga memiliki isteri lain yaitu Dewi Prati atau Dewi Haruni,
puteri Sanghyang Ramaparwa yang tak lain adalah putera Sanghyang Wening. Putra
resminya bernama Batara Rawiatmaja yang kemudian menurunkan raja-raja di negara
Maespati, dan diantaranya adalah Prabu Arjunawijaya atau Arjunasasrabahu dan
Sumantri. Batara Surya pernah memberikan Cupu Manik Astagina kepada Dewi Indra
yang menyebabkan kesengsaraan kepada Dewi Indradi dan anak-anaknya, yaitu Dewi
Anjani, Subali dan Sugriwa, yang semuanya berubah wujud menjadi kera
termasuk para pengasuhnya.
Dalam lakon Pandu Krama, Dewi Kunthi
puteri Prabu Kuntiboja dari kerajaan Mandura, memiliki putera bernama Karna
atau Suryatmaja dan juga dikenal dengan Suryaputra, adipati Awangga. Dewi Kunti
memiliki putera Karna karena melanggar pesan gurunya, Resi Druwasa, agar tidak
mengucapkan Aji Pameling Wekasing Tunggal saat matahari menanjak (Jawa: Wayah
Tengange). Karena melanggar pesan dari gurunya itu, Dewi Kunthi mengucapkan aji
Pameling Wekasing Tunggal, sehingga Batara Surya datang menemui Dewi Kunthi.
Akibatnya, Dewi Kunthi mengandung jabang bayi yang kemudian lahir dari telinganya
dan diberi nama Karna. Batara Surya memiliki tunggangan berupa kereta yang
ditarik tujuh ekor kuda. Kereta tersebut pernah dipinjam Batara Wisnu saat
mengalahkan Prabu Watugunung, raja kerajaan Giliwengsi. Sanghyang Surya
lah yang mengetahui siapa yang mencuri Tirta Amerta atau air kehidupan
yang hilang dari kadewataan, yang tak lain adalah Kala Rahu. Akibatnya Batara
Surya diancam oleh Kala Rahu, akan ditelan. Apabila Sanghyang Surya bisa
ditangkap dan ditelan Kala Rahu, maka akan terjadi gerhana matahari yang kita
kenal sekarang ini.
Batara Surya adalah Dewa Matahari
dan kahyangannya disebut Ekacakra. Ia menerangi arcapada, memberikan
keleluasaan bagi mahkluk hidup untuk tumbuh dan berkembang pada waktu siang
hari. Batara Surya memiliki dua orang putera dari Dewi Ngruni,
yaitu Dewi Suryawati (menjadi isteri Gatotkaca dan lahirlah Suryakaca) dan
Suryanindra.
Referensi :
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar