Senin, 22 April 2013

Softskill 2


Artikel 1 (Perdukunan Di Indonesia)
Perdukunan adalah istilah penghinaan yang digunakan untuk menggambarkan praktik non medis ujungnya penipuan. Perdukunan merupakan kepura-puraan keterampilan non medis atau orang yang berpura-pura sebagai seorang ahli profesional, memiliki pengetahuan atau kualifikasi pada beberapa bidang keahlian, padahal dia tidak memiliki dan merupakan Seorang penipu.
Orang yang melakukan perdukunan biasanya tidak sendiri, mereka biasanya terdiri dari beberapa orang merupakan satu TIM yang modus operasinya adalah penipuan. Untuk mencari mangsa ada orang-orang yang bertindak sebagai orang yang mempromosikan bidang keahlian si dukun itu, padahal promosinya omong kosong dan penipu. Jika ada mangsa yang sudah masuk perangkap maka mulai diadakan perjanjian untuk pergi ke rumah sang Dukun.
Dengan trik perdukunan si Mbah Dukun bisa menebak isi hati dan kemauan pasien, inilah salah satu penipuan yang bisa menjatuhkan martabat Dukun yang asli.
Pada mulanya Dukun adalah orang-orang penolong tanpa pamrih. Dengan adanya Penipu yang menyamar sebagai Dukun ini maka dikenalah istilah Perdukunan yang nilainya negatif di masyarakat luas yaitu diasosiakan sebagai Seorang penipu.
Untuk menipu mangsanya biasanya menawarkan azimat maupun benda-benda bertuah yang harganya mahal, padahal ini merupakan tata cara penipuan yang halus jalannya. Ada juga penipu yang menyamar sebagai orang yang taat beragama dan dengan TIM-nya itu sebenarnya merupakan Penipu-penipu yang menyamar sebagai orang-orang taat beragama, ini juga sebenarnya Perdukunan yang berada pada jalur agama. Cara menipunya dengan minyak wangi yang harganya jutaan rupiah dan bahkan ada yang sampai ada minyak wangi yang harganya sampai diatas sepuluh juta rupiah padahal isinya cuman sedikit dengan botol khusus ukurannya kecil.

 Artikel 2 (Cara menghadapai Era Globalisasi)

Cara Mengatasi Dampak Negatif Globalisasi

Setelah tadi diatas kita sudah ulas secara lengkap dampak negatif globalisasi dan juga dampak positifnya, maka kali ini kita akan membahasnya bagaimana cara mengatasi dampak negatif globalisasi secara lengkap dan jelas.
1. Meningkatkan Kualitas SDM Indonesia
• Dampak negatif globalisasi merupakan sebuah realita yang mau tak mau harus dihadapi bila Bangsa Indonesia ingin tetap hidup sebagai bangsa yang berdaulat di dunia.
• Cara untuk menghadapi dampak negatif globalisasi yaitu dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya melalui pendidikan. Melalui pendidikan yang optimal, bangsa Indonesia dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga dapat bersaing di kancah dunia Internasional.
2. Meningkatkan Kualitas Nilai Keimanan dan Moralitaas Masyarakat
• Dampak negatif globalisasi membuat budaya antar bangsa saling mempengaruhi. Karenanya keberadaan nilai-nilai keimanan dan moralitas menjadi sangat penting. Sebab nilai keimanan dan moralitas menjadi sangat penting. Sebab nilai-nilai keimanan dan moralitas itulah yang mampu mengatasi dampak negatif dari globalisasi.
• Sebagai kaum Muslim, kita hendaknya menanamkan nilai-nilai Islam di kehidupan sehari-hari. Kita hendaknya menjalankan syariat Islam. Mengetahui mana yang halal dan haram. Sehingga kita dapat memilah-milah pengaruh dari luar.
• Moralitas bangsa juga harus ditingkatkan. Di dalam dampak negatif globalisasi ini, moralitas bangsa cenderung menurun kualitasnya. Ini tidak lepas dari tanggung jawab orang tua, guru, dan pemerintah. Salah satu solusinya adalah melaksanakan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.
3. Mendorong dan Mendukung Upaya Memperjuangkan Keadilan Antar Bangsa
• Salah satu dampak negatif globalisasi adalah saling berkaitannya antara satu negara dengan negara lainnya. Baik dalam bentuk kerjasama ataupun persaingan global.
• Pemerintah Indonesia harus berupaya sekuat tenaga untuk memperjuangkan keadilan dan keseimbangan antarbangsa. Upaya pemerintah tersebut harus selalu didorong dan didukung oleh setiap warga negaranya.
• Sebagaimana yang kita ketahui, Indonesia merupakan 1 diantara 2 negara yang memberikan permohonan agar Israel menghentikan serangan ke Jalur Gaza. Ini membuktikan kepedulian bangsa kita terhadap perdamaian dan peradilan antarbangsa. Maka sebagai warga negara, hendaknya kita mendukung upaya pemerintah.
4. Mendorong dan Mendukung Negara Maju untuk Memberikan Dana Perbaikan Lingkungan
• Negara maju sangat diuntungkan dengan adanya globalisasi, sebab negara maju banyak yang memiliki perusahaan transnasional. Perusahaan tersebut biasanya berdiri di berbagai negara terutama di negara berkembang, termasuk di Indonesia.
• Aktifitas perusahaan tersebut membuat lingkungan hidup menjadi rusak oleh pencemaran limbah atau asap pabriknya. Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah negara-negara maju menyisihkan uang guna mendanai upaya-upaya perbaikan dan pelestarian lingkungan hidup.
• Tindakan ini sangat pantas diambil oleh Indonesia, karna buktinya banyak sekali hutan yang dijadikan perindustrian. Lahan hijau pun semakin sulit ditemukan di saerah perindustrian. Untuk memulihkan keadaan, Indonesia butuh dana dari perusahaan asing tersebut.

5. Meningkatkan Jiwa Semangat Persatuan, Kesatuan, Serta Nasionalisme
• Adanya dampak negatif globalisasi menjadi suatu tantangan yang berat bagi negara berkembang yang belum maju dan kuat. Negara yang masyarakatnya tidak mempunyai jiwa dan semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme yang kuat akan dengan mudah dipermainkan oleh negara-negara maju. Oleh karna itu, semangat dan jiwa persatuan, kesatuan dan nasionalisme harus terus ditingkatkan oleh seluruh rakyat Indonesia.
• Bila jiwa dan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme telah tertanam dengan kuat pada setiap warga negara Indonesia tidak akan mudah dipermainkan oleh negara-negara yang kuat dan maju.
6. Melestarikan Adat Istiadad dan Budaya Daerah
• Dampak negatif globalisasi juga membuat budaya luar dapat dengan mudah kita ketahui. Pengetahuan akan budaya luar terkadang membuat masyarakat lebih menyukainya daripada budaya daerah sendiri.
• Menyukai kebudayaan luar adalah hal yang wajar. Namun kita harus tetap melestarikan kebudayaan kita sendiri. Jangan sampai kebudayaan kita punah begitu saja seiring dengan waktu. Apalagi kebudayaan itu seenaknya saja diambil oleh bangsa lain. Betapa malunya kita?
• Walaupun zaman kini telah serba modern, kita harus tetap berpegang teguh kepada adat istiadat. Apalagi kita sebagai masyarakat Minangkabau, dimana “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, syarak mangato, adat mamakai”.
7. Menjaga Keasrian Objek Wisata Dalam negeri
• Salah satu ciri-ciri dampak negatif globalisasi adalah perjalanan dan perlancongan antarbangsa yang semakin meningkat. Indonesia sebagai begara yang kaya akan objek-objek wisata yang indah hendaknya memanfaatkannya dengan seoptimal mungkin. Salah satu usaha adalah menjaga keasrian objek wisata tersebut.
• Sebenarnya selain Bali, banyak lagi pulau-pulau di Indonesia yang memiliki tempat yang sangat indah untuk dikunjungi. Namun banyak lokasi yang tidak terjaga keasriannya sehingga tidak menarik untuk dikunjungi. Maka seharusnya masyarakat selalu menjaga keasrian objek wisata di daerah masing-masing misal wisata garut dan taman matahari di bogor.
• Cara-cara menjaga keasrian objek wisata dalam negeri seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencoret-mencoret tembok, melakukan penghijauan disekitar pegunungan, tidak membuang sampah ke sungai yang nantinya bermuara ke laut, melestarikan terumbu karang, dan sebagainya.



Artikel 3 (Mengenai Tokoh Wayang di Indonesia)


 Batara Surya
Batara Surya adalah putera Sanghyang Ismaya dengan Dewi Senggani. Batara Surya memiliki sepuluh saudara yaitu Sanghyang Wungkuan, Sanghyang Temboro, Sanghyang Kuwera, Sanghyang Wrahaspati, Sanghyang Syiwah, Sanghyang Surya, Sanghyang Candra, Sanghyang Yama/Yamadipati, Sanghyang Kamajaya lan Bathari Darmanasti utawa Dewi Darmanastiti. Berdasarkan buku Ensiklopedi Wayang Purwa, keluaran Balai Pustaka, Batara Surya dikisahkan memiliki dua isteri yaitu Dewi Ngruna dan Dewi Ngruni, dimana kedua istrinya tersebut adalah kakak adik.
Kedua isteri Sanghyang Surya tersebut, oleh Sanghyang Wenang diberi telur masing-masing satu butir. Telur yang diberikan kepada Dewi Ngruna, saat tiba waktunya menetas menjadi garuda kembar yang kemudian diberi nama Sampati dan Jatayu. Kedua garuda ini menjadi salah satu tokoh penting dalam wiracarita Ramayana. Sedangkan telur yang diberikan kepada Dewi Ngruni, menetas menjadi ular yang jumlahnya tak terhitung. Berdasarkan Mahabharata, garuda Sampati dan Jatayu adalah putera Garuda Aruna yang lain dari Dewi Sweni. Garuda Aruna dan Garudha adalah putera Resi Kasyapa dengan Dewi Winata. Sedangkan bangsa naga atau ular juga merupakan putera Resi Kasyapa dengan isterinya yang bernama Dewi Kadru.
Selain Dewi Ngruna dan Dewi Ngruni, Batara Surya juga memiliki isteri lain yaitu Dewi Prati atau Dewi Haruni, puteri Sanghyang Ramaparwa yang tak lain adalah putera Sanghyang Wening. Putra resminya bernama Batara Rawiatmaja yang kemudian menurunkan raja-raja di negara Maespati, dan diantaranya adalah Prabu Arjunawijaya atau Arjunasasrabahu dan Sumantri. Batara Surya pernah memberikan Cupu Manik Astagina kepada Dewi Indra yang menyebabkan kesengsaraan kepada Dewi Indradi dan anak-anaknya, yaitu Dewi Anjani, Subali dan Sugriwa, yang semuanya berubah wujud menjadi kera termasuk  para pengasuhnya.


Dalam lakon Pandu Krama, Dewi Kunthi puteri Prabu Kuntiboja dari kerajaan Mandura, memiliki putera bernama Karna atau Suryatmaja dan juga dikenal dengan Suryaputra, adipati Awangga. Dewi Kunti memiliki putera Karna karena melanggar pesan gurunya, Resi Druwasa, agar tidak mengucapkan Aji Pameling Wekasing Tunggal saat matahari menanjak (Jawa: Wayah Tengange). Karena melanggar pesan dari gurunya itu, Dewi Kunthi mengucapkan aji Pameling Wekasing Tunggal, sehingga Batara Surya datang menemui Dewi Kunthi. Akibatnya, Dewi Kunthi mengandung jabang bayi yang kemudian lahir dari telinganya dan diberi nama Karna. Batara Surya memiliki tunggangan berupa kereta yang ditarik tujuh ekor kuda. Kereta tersebut pernah dipinjam Batara Wisnu saat mengalahkan Prabu Watugunung, raja kerajaan Giliwengsi. Sanghyang Surya lah  yang mengetahui siapa yang mencuri Tirta Amerta atau air kehidupan yang hilang dari kadewataan, yang tak lain adalah Kala Rahu. Akibatnya Batara Surya diancam oleh Kala Rahu, akan ditelan. Apabila Sanghyang Surya bisa ditangkap dan ditelan Kala Rahu, maka akan terjadi gerhana matahari yang kita kenal sekarang ini.
Batara Surya adalah Dewa Matahari dan kahyangannya disebut Ekacakra. Ia  menerangi arcapada, memberikan keleluasaan bagi mahkluk hidup untuk tumbuh dan berkembang pada waktu siang hari. Batara Surya memiliki dua orang putera dari Dewi Ngruni,  yaitu Dewi Suryawati (menjadi isteri Gatotkaca dan lahirlah Suryakaca) dan Suryanindra.

Referensi :




Tidak ada komentar:

Posting Komentar